LAMONGAN – Laut kembali menguji ketangguhan para pelaut. Di tengah riak ombak perairan utara Jawa, kapal motor nelayan (KMN) Semi Jaya mengalami insiden mendebarkan setelah bertabrakan dengan sebuah tongkang besar, Selasa (16/9/2025).
Empat anak buah kapal (ABK) sempat terombang-ambing di lautan luas, sebelum akhirnya ditemukan dan diselamatkan oleh dua kapal nelayan asal Lamongan.
Peristiwa bermula saat KMN Semi Jaya tengah melaut dalam perjalanan rutin menangkap ikan.
Namun, pagi yang tenang berubah menjadi bencana ketika kapal mereka menghantam lambung tongkang besar yang melintas tanpa lampu navigasi yang jelas.
Dentuman keras, teriakan panik, dan siraman air laut menjadi awal dari perjuangan hidup dan mati.
“Waktu tabrakan, kami semua terpental. Kapal retak parah, air masuk cepat sekali,” ujar salah satu ABK, Mat Rofiq (38), dengan suara bergetar.
Berjam-jam mereka bertahan di atas serpihan kapal, diterpa angin dan ombak, tanpa kepastian.
Hingga akhirnya, dua kapal nelayan Lamongan yang kebetulan melintas, KMN Sumber Rejeki dan KMN Barokah Jaya, melihat isyarat tangan dari kejauhan.
“Saya lihat seperti kain dikibarkan. Awalnya ragu, tapi makin dekat, ternyata itu orang minta tolong. Tanpa pikir panjang, kami langsung mendekat,” tutur Sutaji, nelayan yang turut menyelamatkan.
Berbekal tali, pelampung, dan keberanian, proses evakuasi berlangsung dramatis.
Salah satu ABK sempat hampir tenggelam karena kakinya terjerat jaring kapal yang hanyut, namun berhasil ditarik ke atas dengan cepat.
Keempat ABK kini dalam kondisi stabil setelah mendapatkan perawatan di Puskesmas setempat. Meski secara fisik selamat, trauma akibat insiden itu masih membekas.
Sementara itu, pihak berwenang tengah menyelidiki keberadaan tongkang yang terlibat dalam tabrakan.
Dugaan awal mengarah pada kelalaian operator kapal dalam menyalakan sistem penerangan navigasi saat melintas di jalur nelayan.
Kisah ini tak hanya bicara tentang kecelakaan, tapi juga tentang solidaritas dan keberanian para nelayan. Di tengah kerasnya hidup di laut, mereka tetap mengedepankan nurani.
“Nyawa itu nggak bisa ditukar. Kami cuma lakukan apa yang seharusnya,” kata Sutaji, merendah.
Di saat lautan mengamuk, manusia bisa menjadi penyelamat satu sama lain. Dan hari itu, di atas ombak Lamongan, semangat kemanusiaan membuktikan dirinya lebih besar dari gelombang manapun.(Ded)
Disapu Ombak, Dikejar Waktu ABK KMN Semi Jaya Diselamatkan Dua Kapal Nelayan Lamongan
