TUBAN – Bukannya meringankan beban, pupuk bersubsidi di Kabupaten Tuban justru menjadi jerat yang menyesakkan dada para petani.
Keluhan keras muncul dari petani Dusun Besulu, Desa Pacing, Kecamatan Parengan, yang mengaku terpaksa membeli pupuk dengan harga jauh di atas aturan pemerintah.
Seorang warga setempat berinisial AGS mengungkapkan kekecewaannya. Ia menilai pupuk yang seharusnya disalurkan dengan harga terjangkau, malah diperdagangkan dengan harga mencekik.
“Harga pupuk subsidi sudah kelewat mahal. Bisa sampai Rp150 ribu per sak isi 50 kilogram. Padahal pupuk itu kebutuhan wajib bagi kami,” keluhnya, Jumat (19/9/2025).
Menurut informasi yang dihimpun, pupuk tersebut semula didistribusikan oleh salah satu kios resmi di Kecamatan Parengan dengan harga Rp135 ribu per sak.
Namun, ketika sampai di kelompok tani, harga itu melonjak menjadi Rp150 ribu. Selisih harga inilah yang memicu keresahan para petani.
“Dari kios NR harga sudah tinggi, tapi setelah sampai kelompok tani malah dinaikkan lagi. Jadi ujung-ujungnya petani juga yang jadi korban. Kami mau tidak mau harus beli, karena tanpa pupuk tanaman kami tidak bisa tumbuh subur,” ungkap AGS.
Kenyataan ini menambah panjang daftar penderitaan petani di Tuban. Alih-alih mendapat kemudahan, mereka justru dibebani ongkos produksi yang semakin tinggi.
Ironinya, pupuk yang dilekatkan dengan label subsidi pemerintah justru tidak lagi terasa manfaatnya bagi para petani kecil.
Harga yang tidak terkendali ini membuat banyak petani merasa ditindas. Pasalnya, pupuk merupakan kebutuhan pokok yang tak bisa ditunda.
Jika tidak menggunakan pupuk, hasil panen jelas menurun drastis. Namun jika tetap membeli, petani harus menanggung biaya produksi yang semakin mencekik.
“Terpaksa saya beli walaupun harganya gila-gilaan. Kalau tidak, tanaman bisa gagal panen. Tapi jujur saja, ini sangat memberatkan,” kata AGS dengan nada kesal.
Keluhan ini bukan hanya soal harga, melainkan juga dugaan permainan dalam distribusi pupuk bersubsidi.
Selisih harga antara kios resmi dan kelompok tani menjadi tanda tanya besar. Ada dugaan kuat bahwa ada oknum yang bermain di balik rantai distribusi sehingga meraup keuntungan di atas penderitaan petani.
Para petani pun berharap pemerintah turun tangan segera. “Jangan sampai pupuk subsidi hanya jadi ajang bancakan segelintir orang. Pemerintah harus segera menstabilkan harga dan mengawasi ketat jalur distribusinya,” tegas AGS.
Jeritan petani Dusun Besulu, Desa Pacing ini menjadi alarm keras bahwa kebijakan pupuk subsidi di Tuban berjalan jauh dari harapan. Jika dibiarkan, petani bisa semakin terpuruk, dan ketahanan pangan daerah pun ikut terancam. (Yin)