Daerah

‎Sterilisasi Dapur SPPG Jetis Upaya Cegah Insiden Usai Dugaan Keracunan MBG Di SMADA Lamongan

orbitnasional333
2718
×

‎Sterilisasi Dapur SPPG Jetis Upaya Cegah Insiden Usai Dugaan Keracunan MBG Di SMADA Lamongan

Sebarkan artikel ini
Img 20250919 wa0007

LAMONGAN— Sebuah insiden tak terduga mengguncang ketenangan SMAN 2 Lamongan (SMADA), saat belasan siswa mengalami gejala diduga akibat keracunan makanan bergizi gratis (MBG) yang disediakan oleh Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Jetis.

‎Meski hanya sebagian kecil dari total 3.560 porsi yang disajikan pada hari itu, kasus ini menjadi perhatian serius bagi pengelola program, Jum’at (19/9/2025)

‎Tak tinggal diam, pengelola dapur SPPG Jetis langsung melakukan langkah cepat sterilisasi menyeluruh terhadap area dapur serta pengiriman sampel makanan ke laboratorium untuk investigasi mendalam.

‎“Kami tidak ingin berspekulasi. Yang kami lakukan adalah memastikan dapur kembali steril, dan seluruh proses pendistribusian ditinjau ulang,” tegas Frangky Irawan, pengelola dapur SPPG Jetis.

‎Menurut Frangky, kemungkinan besar keracunan tidak bersumber dari makanan MBG, mengingat hanya 12 dari 1.200 siswa penerima yang terdampak. Meski demikian.

‎ia tetap membuka kemungkinan adanya kesalahan dan menyatakan siap dievaluasi.

‎“Kalau memang ada kekeliruan di pihak kami, kami tidak lari dari tanggung jawab. Evaluasi pasti dilakukan,” ujarnya bijak.

‎Langkah taktis lainnya juga dilakukan: surat resmi telah dikirimkan ke pihak pusat untuk menghentikan sementara kegiatan dapur hingga hasil laboratorium keluar.

‎Agustina Nurul Hardian, Kepala SPPG Kabupaten Lamongan, menekankan pentingnya menunggu hasil uji laboratorium sebelum mengambil kesimpulan.

‎Ia menegaskan bahwa program MBG di Lamongan dijalankan dengan standar yang sangat ketat dan pengawasan dari para ahli gizi.

‎“Setiap menu yang dimasak tidak sembarangan. Komposisinya dikonsultasikan terlebih dahulu untuk memastikan kebutuhan gizi anak-anak terpenuhi,” jelasnya.

‎Ia juga mengungkapkan bahwa SPPG tidak bekerja secara individual. Ada sistem koordinasi antar kecamatan hingga tingkat kabupaten untuk menjaga konsistensi dan kualitas.

‎Oleh karena itu, evaluasi menyeluruh kini tengah dilakukan agar insiden serupa tidak terulang kembali.

‎Program MBG bukan sekadar makanan gratis ia adalah bagian dari ikhtiar besar menciptakan generasi sehat dan cerdas.

‎Maka ketika insiden seperti ini terjadi, bukan hanya dapur yang harus bersih kembali, tapi juga kepercayaan publik yang harus dipulihkan.

‎Semua pihak kini menanti hasil laboratorium dengan harapan besar: bahwa ini hanyalah insiden kecil dalam perjalanan panjang program yang mulia.

‎Dan jika memang ada celah dalam sistem, ini menjadi alarm untuk memperkuat kontrol kualitas dan distribusi.

‎Sementara itu, SPPG Jetis dan seluruh jaringannya terus bergerak. Bukan untuk menyalahkan, tapi untuk memperbaiki. Karena di balik setiap sajian MBG, ada harapan dan harapan itu harus terus hidup. (Ded)