LAMONGAN – Di balik tembok kokoh Lapas Kelas IIB Lamongan, sebuah kisah tentang harapan sedang ditulis ulang. Bukan lewat kekerasan atau paksaan, tetapi dengan kelembutan, pendekatan kemanusiaan, dan pelukan keluarga. Minggu (18/5/2025).
Di sinilah napiter narapidana kasus terorisme perlahan mulai melangkah meninggalkan gelapnya ideologi menuju cahaya kehidupan yang baru.
Lapas Lamongan menghidupkan program deradikalisasi bukan semata lewat ceramah atau bimbingan rohani, tetapi dengan membuka ruang pertemuan yang hangat antara para napiter dan keluarganya. Kunjungan ini bukan hanya temu fisik, melainkan perjumpaan emosional yang dalam. Di dalamnya ada tangis, tawa, penyesalan, dan harapan yang menyatu menjadi kekuatan untuk berubah.
“Sering kali, kekuatan terbesar untuk berubah bukan datang dari luar, tapi dari pelukan ibu, doa anak, dan senyum istri yang telah lama menunggu,” ujar Kalapas Lamongan, dengan mata yang tak bisa menyembunyikan empati.
Langkah ini terbukti berdampak. Baru-baru ini, dua orang napiter, Sofyan Abdillah dan Parmin, mengucapkan ikrar setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Mereka bersumpah untuk meninggalkan pemahaman ekstremisme dan memilih jalan hidup yang damai, berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.
Disaksikan oleh pejabat tinggi, aparat keamanan, hingga tokoh masyarakat, momen itu menjadi bukti bahwa hati manusia dapat disentuh jika didekati dengan cinta, bukan caci. Bahwa ideologi keras bisa luluh jika diberi ruang untuk bertumbuh dalam kasih.
Program deradikalisasi ini bukan berdiri sendiri. Ia diperkuat dengan kerja sama berbagai pihak: Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), tokoh agama, psikolog, dan tentunya keluarga para napiter sendiri. Semua bersatu dalam keyakinan bahwa perubahan adalah hak setiap insan, asalkan diberi kesempatan dan jalan yang benar.
Melalui pendekatan yang menyentuh sisi terdalam kemanusiaan, Lapas Lamongan menegaskan bahwa pemasyarakatan sejati bukan tentang menghukum, tetapi memulihkan. Bukan sekadar mengurung, tapi membuka pintu untuk pulang kepada keluarga, kepada masyarakat, dan kepada nilai-nilai kebangsaan.(Ded)